Yamaha RX-Z. Motor berkapasitas 135 cc yang menjadi saudara si 'motor jambret' RX-King ini memang menjadi raja dikelasnya pada masa itu. Motor ini pertama kali meluncur di Indonesia pada akhir tahun 80-an yang menargetkan pasar konsumen untuk pecinta motor sport. Mengusung mesin yang hampir sama dengan Yamaha RX-King, RXZ hanya berbeda dari segi konsep dengan RX-King yang lebih condong ke motor touring ala naked bike.
Melirik desain motor RXZ, memang nampak sekali ciri motor sport yang tercermin dari bentuk batok headlamp, sirip cover bawah mesin, knalpot, serta buritan belakang yang tajam khas motor-motor kencang. Selain itu, Yamaha RXZ juga sudah menggunakan setang jepit yang membuat posisi berkendara menjadi agak merunduk, memberi kesan motor balap bagi pengendaranya. Untuk sektor mesin, Yamaha RXZ mengusung mesin 2-tak 135cc, sama seperti RX-King. Perbedaan kecil diantara keduanya terletak pada bore dan stroke 56 & 54mm, sementara RX-King memakai diameter 58 dan 50mm. Jadi keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika RX-King dikenal sebagai 'motor jambret' yang memiliki performa dan akselerasi tinggi di putaran bawah, maka RX-Z didesain untuk melaju diputaran atas yang cocok untuk kondisi trek panjang.
Untuk sektor dapur pacu sendiri, Yamaha RXZ mampu menghasilkan power hingga 21hp pada putaran 8.500rpm, menggunakan karburator konvensional merk Mikuni VM26. Kendati memiliki power yang besar, RXZ berhasil mendapatkan sertifikat EURO 2 sebagai motor ramah lingkungan. Padahal untuk kategori motor berjenis 2-tak terkenal dengan motor berpolusi pada masa itu. Hal itulah yang menyebabkan peredaran motor 2-tak dihentikan dan berganti dengan era motor 4-tak sejak awal tahun 2000-an hingga sekarang.
Masih soal dapur pacu, teknologi Yamaha Computerized Lubricant System juga merupakan teknologi muktahir Yamaha saat ini yang diterapkan pada RXZ. Teknologi ini memungkinan pembakaran, pasokan udara, serta campuran oli samping menjadi lebih sempurna. YLCS memang sempat diaplikasikan juga pada motor RX-King namun akhirnya dilepas karena tidak cocok dengan karakter mesin si motor jambret. Produksi terakhir RX-Z dihentikan pada tahun 1998 seiring dengan menurunnya minat konsumen terhadap motor berkarakter trek panjang ini. Nah, apakah anda masih memiliki motor ini?
Jika Sobat membicarakan performa standar motor, antara RX-Z dan RX-King memang berbeda. Dibandingkan dengan performa RX-King, mesin RX-Z terkesan kalah garang. Dengan cc setara, RX-Z pasti tertinggal jauh sejak start.
Nah, kesan beda performa itu makin tampak nyata ketika Sobat menggunakan kedua motor untuk harian terlebih di kepadatan kota. RX-King tampak mudah berakselerasi dan selap-selip di lalu lintas perkotaan.
Tak hanya karena mesinnya yang garang tapi juga konstruksi rangka RX-King terutama wheelbase dan kemudi membuatnya enteng diajak meliak-liuk. Karena performa inilah, si RX-King terkenal sebagai motor Jambret. Ya, dengan menunggang RX-King, si Jambret bisa cepat kabur. Hehehe...
Tetapi itu kalau dipacu di perkotaan. Lain cerita bila dipakai di luar kota alias turing. Dibandingkan RX-Z, si Jambret bakal kehabisan napas. Jadi bisa dibilang karakter RX-King layaknya sprinter alias pelari jarak pendek. Sedang RX-Z macam pelari jarak jauh.
Keunggulan RX-Z karena mesinnya kaya torsi. Terlebih jumlah gigi percepatan lebih banyak ketimbang RX-King. RX-Z dilengkapi 6 speed sedangkan RX-King 5 Speed.
Oh ya, spesifikasi cc dapur pacu kedua motor ini memang mirip hanya beda 1 cc! Tetapi begitu melihat ukuran panjang langkah dan diameter piston jauh berbeda. Inilah yang membuat karakter mesinnya sangat berbeda.
RX-King punya panjang langkah 50 mm dengan diameter piston 58 mm. Ditotal volume ruang bakarnya 132cc. Sedangkan RX-Z berstroke 54 mm dengan diameter piston 56 mm. Total volume ruang bakarnya jadi 133cc.
Spesifikasi inilah yang menjadikan karakter mesin RX-King ringan dipacu di rpm bawah hingga tengah. Namun itu kalau standar, beda cerita kalau sudah disentuh tangan terampil mekanik. Sebagai bukti ya fakta di dragbike, kini gak ada cerita RX-King bisa mengasapi RX-Z.
Malah di drag bike kelas Sport 2 Tak s/d 140 cc, pasti dikuasai RX-Z. Tanda bahwa secara basis mesin RX-Z lebih mumpuni.
Keunggulannya RX-Z itu ada di banyak faktor. Mulai dari kopling yang lebih mumpuni. Girboks yang sudah 6 speed. Lantas posisi membran yang langsung ke karter. Posisi membran atau katup buluh RX-King di blok silinder.
Begitu pula soal porting blok silinder, RX-Z punya jumlah lubang porting yang lebih banyak. Dan masih banyak lagi basis spek RX-Z yang lebih unggul.
Nah, meski standarnya kalah jauh, dengan sedikit korekan dijamin peningkatan performa RX-Z melambung jauh. Asyiknya, cukup main part standarnya saja dijamin bisa libas RX-King bahkan menyaingi Ninja.
Fokus ke ubahan. Spek stroke panjang dengan diameter seher relatif kecil pada RX-Z membuat mesin kaya torsi. Tetapi bakalan susah untuk bisa cepat berkitir ke rpm atas.
Untuk menutupi kekurangan itu, perbandingan kompresi harus dikejar. Makanya butuh pemapasan kop silinder lumayan banyak, kisarannya di 0,7-0,8 mm.
Ubahan tadi tujuan utamanya adalah lebih ke soal peningkatan akselerasi. Giliran untuk membawa mesin ke rpm lebih tinggi maka konstruksi ruang bakar butuh direnovasi. Selain itu, tinggi exhaust porting alias lubang buang harus disunat.
Untuk ruang bakar, squish harus dimainkan. Setelah dipapas, squish kop baru bisa ditata. Kelemahan lebar squish standar RX-Z terlalu sempit, hanya 7 mm. Biar optimal untuk mengejar rpm tinggi, maka squish area butuh setidaknya 50% dari total area ruang bakar. Gampangnya, lebar squish dibikin 8,5 mm - 9 mm.
Sedang tinggi lubang buang, standar RX-Z ada di kisaran 28,5 mm. Untuk bagian ini cukup dikorek dikit 0,5 mm. Angka maksimal tinggi lubang buang ada di 27,8 mm.
Beres dengan ruang bakar, selanjutnya adalah menata knalpot. Bawaan RX-Z bisa dimaksimalkan. Caranya dengan dibedel. Setiap sekat yang ada di dalam knalpot harus dihilangkan.
Lebih afdol lagi, konstruksi knalpot RX-Z punya dua lapisan pelat. Nah, pelat terdalam sekalian aja dicopot, menyisakan pelat terluar. Hasil suara dan performanya dijamin gemerincing mirip knalpot racing.
Oh ya, sebagai penyelaras akhir, karburator wajib disetting ulang.
Jika Sobat membicarakan performa standar motor, antara RX-Z dan RX-King memang berbeda. Dibandingkan dengan performa RX-King, mesin RX-Z terkesan kalah garang. Dengan cc setara, RX-Z pasti tertinggal jauh sejak start.
Nah, kesan beda performa itu makin tampak nyata ketika Sobat menggunakan kedua motor untuk harian terlebih di kepadatan kota. RX-King tampak mudah berakselerasi dan selap-selip di lalu lintas perkotaan.
Tak hanya karena mesinnya yang garang tapi juga konstruksi rangka RX-King terutama wheelbase dan kemudi membuatnya enteng diajak meliak-liuk. Karena performa inilah, si RX-King terkenal sebagai motor Jambret. Ya, dengan menunggang RX-King, si Jambret bisa cepat kabur. Hehehe...
Tetapi itu kalau dipacu di perkotaan. Lain cerita bila dipakai di luar kota alias turing. Dibandingkan RX-Z, si Jambret bakal kehabisan napas. Jadi bisa dibilang karakter RX-King layaknya sprinter alias pelari jarak pendek. Sedang RX-Z macam pelari jarak jauh.
Keunggulan RX-Z karena mesinnya kaya torsi. Terlebih jumlah gigi percepatan lebih banyak ketimbang RX-King. RX-Z dilengkapi 6 speed sedangkan RX-King 5 Speed.
Oh ya, spesifikasi cc dapur pacu kedua motor ini memang mirip hanya beda 1 cc! Tetapi begitu melihat ukuran panjang langkah dan diameter piston jauh berbeda. Inilah yang membuat karakter mesinnya sangat berbeda.
RX-King punya panjang langkah 50 mm dengan diameter piston 58 mm. Ditotal volume ruang bakarnya 132cc. Sedangkan RX-Z berstroke 54 mm dengan diameter piston 56 mm. Total volume ruang bakarnya jadi 133cc.
Spesifikasi inilah yang menjadikan karakter mesin RX-King ringan dipacu di rpm bawah hingga tengah. Namun itu kalau standar, beda cerita kalau sudah disentuh tangan terampil mekanik. Sebagai bukti ya fakta di dragbike, kini gak ada cerita RX-King bisa mengasapi RX-Z.
Malah di drag bike kelas Sport 2 Tak s/d 140 cc, pasti dikuasai RX-Z. Tanda bahwa secara basis mesin RX-Z lebih mumpuni.
Keunggulannya RX-Z itu ada di banyak faktor. Mulai dari kopling yang lebih mumpuni. Girboks yang sudah 6 speed. Lantas posisi membran yang langsung ke karter. Posisi membran atau katup buluh RX-King di blok silinder.
Begitu pula soal porting blok silinder, RX-Z punya jumlah lubang porting yang lebih banyak. Dan masih banyak lagi basis spek RX-Z yang lebih unggul.
Nah, meski standarnya kalah jauh, dengan sedikit korekan dijamin peningkatan performa RX-Z melambung jauh. Asyiknya, cukup main part standarnya saja dijamin bisa libas RX-King bahkan menyaingi Ninja.
Fokus ke ubahan. Spek stroke panjang dengan diameter seher relatif kecil pada RX-Z membuat mesin kaya torsi. Tetapi bakalan susah untuk bisa cepat berkitir ke rpm atas.
Untuk menutupi kekurangan itu, perbandingan kompresi harus dikejar. Makanya butuh pemapasan kop silinder lumayan banyak, kisarannya di 0,7-0,8 mm.
Ubahan tadi tujuan utamanya adalah lebih ke soal peningkatan akselerasi. Giliran untuk membawa mesin ke rpm lebih tinggi maka konstruksi ruang bakar butuh direnovasi. Selain itu, tinggi exhaust porting alias lubang buang harus disunat.
Untuk ruang bakar, squish harus dimainkan. Setelah dipapas, squish kop baru bisa ditata. Kelemahan lebar squish standar RX-Z terlalu sempit, hanya 7 mm. Biar optimal untuk mengejar rpm tinggi, maka squish area butuh setidaknya 50% dari total area ruang bakar. Gampangnya, lebar squish dibikin 8,5 mm - 9 mm.
Sedang tinggi lubang buang, standar RX-Z ada di kisaran 28,5 mm. Untuk bagian ini cukup dikorek dikit 0,5 mm. Angka maksimal tinggi lubang buang ada di 27,8 mm.
Beres dengan ruang bakar, selanjutnya adalah menata knalpot. Bawaan RX-Z bisa dimaksimalkan. Caranya dengan dibedel. Setiap sekat yang ada di dalam knalpot harus dihilangkan.
Lebih afdol lagi, konstruksi knalpot RX-Z punya dua lapisan pelat. Nah, pelat terdalam sekalian aja dicopot, menyisakan pelat terluar. Hasil suara dan performanya dijamin gemerincing mirip knalpot racing.
Oh ya, sebagai penyelaras akhir, karburator wajib disetting ulang.
sumber >> spekmotor.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar